Jumat, 27 Mei 2022

MENCIPTAKAN KELAS KONDUSIF DENGAN ANAK YANG HIPERAKTIF

Nurul Azizah nama saya, saya seorang guru yang mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas 1 di sebuah sekolah dasar swasta di Kota Banda Aceh, tepatnya di Sekolah Dasar Islam Qurani blang Oi, Kecamatan Meraxa.

            Sebagai guru kelas 1 SD banyak hal yang harus saya pelajari agar saya bisa mengimplementasikan fun learning, karena anak-anak dikelas ini umumnya masih senang bermain, dan ada juga beberapa dari mereka yang  belum bisa membaca serta menulis. Dalam mengajar dikelaspun saya sendiri membutuhkan suara dan kesabaran yang ekstra.

            Dalam hal belajar mengajar saya lebih menyukai kelas yang kondusif makanya sebisa mungkin saya selalu menciptakan penataan ruang kelas yang nyaman dan menyenangkan. Memberikan aturan dan hukuman ringan merupakan salah satu tatacara  dalam menciptakan kelas yang kondusif.  Dimana aturan dan hukuman ringan tersebut telah disepakati oleh siswa sehingga mereka tidak bisa membuat keributan di kelas ketika saya mengajar. Nasihat yang baik juga selalu saya berikan kepada para murid  agar mereka berprilaku lebih baik , sadar terhadap tugas yang dijalankan sebagai siswa, serta menjadi orang yang bertanggung jawab dalam hal apapun.

Satu tahun pertama mengajar masih baik-baik saja dalam kelas, hingga akhirnya permasalahannyapun muncul dari seorang murid penyandang beasiswa dari tempat ayahnya bekerja. Dia merupakan siswa yang pandai membaca tetapi tidak bisa mengeja, juga pandai menghitung tetapi tidak mau menulis. Namanya Abid Alri Pratama Tamba biasa di panggil dengan sebutan “Abid”. Dia anak yang hiperaktif dan selalu mengerjakan tugas secara terburu-buru akibatnya mendapatkan hasil yang acak-acakan. Dia cenderung ingin mengalahkan kawannya  tanpa mau memperdulikan proses dan hasil yang bagus terhadap nilai. Karena keaktifannya yang luar biasa akhirnya menjadikan kelas yang tidak kondusif, tentu itu semua jauh dari keinginan saya dalam hal belajar mengajar. Tidak hanya saya, guru yang mengajar mata pelajaran lainpun mengeluh dengan kelakuan dan sikapnya itu yang menguji kesabaran.

Teman sebangku abid sering mengeluh terhadap kelakuannya itu, pasalnya dia suka membuat keributan dikelas, terkadang dia juga mengganggu kawannya ketika menulis, dia juga suka jalan-jalan dan membuat keributan di meja kawannya yang lain, tingkah laku yang semena-mena terhadap barang pribadinya, terkadang air minumnya tumpah mengenai buku dan perangkat belajar miliknya. Suka mencoret-coret dinding, dan meja. Tidak mendengar ketika saya berbicara didepan kelas, suka bermain-main dengan spidol milik guru, tidak berpartisipasi atau bekerja sama dalam kegiatan kelas. Dan banyak lagi aturan kelas yang dilanggarnya padahal aturan tersebut telah disepakati bersama termasuk dirinya.

Sikap dan tingkah lakunya itu mengakibatkan kelas tidak kondusif dan proses belajar mengajarpun kerap terhambat, hingga akhirnya dampak yang sangat besar terlihat jelas pada nilai akhir semester dimana nilainya tersebut rata-rata berada dibawah KKM . sebagai murid penerima beasiswa seharusnya dia memiliki nilai diatas KKM.

Orang tua abid sering mengeluh sama saya terhadap tingkah laku anaknya itu, beliau menginginkan anaknya seperti murid lain. Yaitu taat dan patuh terhadap guru, mengikuti aturan yang telah ditetapkan didalam kelas, juga memiliki nilai diatas KKM. Segara cara dan upaya telah ditempuh oleh orang tua namun belum mendapatkan hasil yang lebih bagus.

Setelah berkoordinasi dengan mamaknya akhirnya saya mengambil beberapa langkah khusus untuk menangani tingkah lakunya tersebut. Mengingat abid adalah anak yang hiperaktif saya memberikan sedikit perhatian lebih dibandingkan dengan temannya yang lain didalam kelas. Dia juga saya pasangkan duduk dengan kawan sebangku yang tidak terlalu aktif, tempat duduknya jauh dari kebisingan dan jendela serta pintu.

Suatu ketika saya menemukan banyak gambar mobil perang dibuku tulis miliknya. Ternyata itulah yang membuat dia malas menulis dan memperhatikan pelajaran. Saya berbicara baik-baik sama abid, sembari mengapresiasi terhadap gambarnya. Dan kemudian saya menjelaskan kepada abid yang bahwanya menggambar harus dibuku gambar dan ada saatnya menggambar juga ada saatnya belajar.

Aturan dan konsekuensi yang telah disepakati  terhadap sikap dan tingkah laku abid yang negatif saya terapkan perlahan-lahan dan tetap tegas. Saya juga memberikan hadiah apabila dia berhasil mengikuti aturan dan tanggung jawab yang dilaksanakan dengan baik. Ketika bertemu diluar kelas saya sering mengajak ngobrol dan memberikan aktivitas yang positif serta mengapresiasi hasil dari apa saja pencapaiannya.

Didalam kelas saya selalu meberikan aktivitas lebih kepada abid dengan cara mengizikannya menggambar setiap jam pelajaran. Namun ada syarat yang harus dipenuhi yaitu setelah dia selesai menulis ataupun mengerjakan tugas dibuku tulis dengan  rapi baru setelah itu saya izinkan dia menggambar mobil perang, dengan catatan menggambar tetap harus dibuku gambar.

Saya menjumpai orang tua abid dan berdiskusi perihal tingkahlaku dan sikap anaknya. Ibunya mengatakan dirumah abid juga sering menggambarkan mobil perang tetapi kegiatan itu selalu mendapat larangan dari orang tuanya. Sontak saya katakan bahwa abid memiliki bakat dalam menggambar namun harus diarahkan dengan benar agar abid tidak menggambar disembarang tempat dan buku. Saya juga mengajak orang tua abid untuk selalu mengapresiasikan apa yang abid kerjakan terlebih dalam hal positif, juga meminta pada orang tuanya supaya tidak melarang dia ketika menggambar. Asalkan berdiskusi dahulu sama abid tentang waktu yang tepat untuk menggambar, seperti ketika telah menyelesaikan tugas sekolah ataupun kegiatan abid lainnya dirumah.

Butuh waktu dan kesabaran untuk menghadapi abid dimana dikelas ada murid yang lain bukan hanya abid yang saya ajarkan, kesabaran ekstra diperlukan disini. Hari demi hari dan minggu demi minggu telah berlalu ada perubahan dari tingkah laku abid, tulisan dibukunyapun sudah mulai rapi tidak acak-acakan lagi. Abid juga dijanjikan oleh orang tuanya apabila ia rajin, dan  rapi dalam menulis akan dibelikan hadiah jam imo oleh mamaknya. Hal ini juga menjadi salah satu faktor pendukung perubahan abid dalam menulis dan berprilaku baik.

Kelas saya mengajar sedikit demi sedikit  kembali kondusif karena abid mau memperhatikan pelajaran, apalagi saya buat fun learning, seperti games seputar materi yang saya ajarkan membuat dirinya tampak semangat untuk belajar. Dan keributan dikelaspun teratasi karena saya memberikan aktifitas yang lebih kepada abid seperti menggambar ketika telah menyelesaikan tugas pelajaran. Kawan sebangku abid juga saya gantikan dengan anak yang lebih banyak diam. Ketika abid merasa marah terhadap sesuatu saya langsung mengambil tindakan dengan mejauhkannya dari teman-teman yang lain dan memberikan pengertian kepadanya dengan empat mata. Namun sebelumnya hal yang saya lakukan adalah menyuruh abid menarik nafas dalam-dalam dan mengeluarkannya lewat mulut sembari istighfar, dan terbukti dengan cara ini abid bisa lebih mengontrol emosi dengan bagus dan membuat dirinya tenang.

Perihal abid juga saya ceritakan sama guru mata pelajaran tematik, beliau  juga mengatakan  bahwasannya  abid sudah mulai bagus dan rapi dalam menulis. Saya juga sempat berdiskusi sama guru olahraga abid, katanya abid sangat senang ketika praktek olah raga diluar kelas dan tidak berulah lagi.


tulisan ini dimuat dalam cetakan buku " GURU LIMITED EDITION, Jejak- Jejak Inspiratif Menjadi Guru Kelas Dunia" oleh Forum Indonesia Menulis.

MENCIPTAKAN KELAS KONDUSIF DENGAN ANAK YANG HIPERAKTIF

Nurul Azizah nama saya, saya seorang guru yang mengajar mata pelajaran Pendidikan Agama Islam kelas 1 di sebuah sekolah dasar swasta di Kota...